Dividen tersebut bisa dialihkan pada instrumen lain untuk sementara waktu. Melvin memberikan panduan dalam memilih instrumen investasi, ada tujuh faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Return (Keuntungan yang diharapkan)
2. Risk (Risiko yang mungkin terjadi)
3. Time Period (Jangka waktu investasi)
4. Liquidity (Kemudahan pencairan investasi)
5. Tax (Pajak yang dikenakan)
6. Legalitas (Keamanan dan regulasi investasi)
7. Unique Consideration (Preferensi khusus seperti syariah atau ESG – Environment, Social, and Governance)
Kondisi Pasar dan Strategi Parkir Dana Dalam situasi pasar saat ini, Melvin menyarankan agar investor yang belum yakin untuk masuk ke pasar saham bisa terlebih dahulu “memarkir” dana mereka di instrumen yang lebih stabil, seperti reksa dana pasar uang.
“Kalau kita belum yakin, parkir dulu di reksa dana pasar uang. Cari yang return-nya stabil di kisaran 3-5% per tahun, dengan standar deviasi rendah agar tidak fluktuatif,” katanya.
Untuk catatan saja, Melvin mengingatkan pelaporan pajak untuk individu dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) memiliki batas waktu hingga 31 Maret setiap tahunnya, sementara untuk korporasi hingga 30 April.
“Jika dividen sudah diterima tetapi belum diputuskan untuk diinvestasikan kembali, bisa ditempatkan dulu di instrumen sementara seperti reksa dana pasar uang. Ini membantu agar tetap memenuhi aturan pajak tanpa harus terburu-buru dalam mengambil keputusan investasi,” jelasnya.
Dengan pemahaman yang tepat, investor dan pemilik bisnis dapat mengoptimalkan keuntungan dari dividen mereka. Reinvestasi yang cerdas serta pemanfaatan kebijakan pajak yang tersedia dapat menjadi strategi efektif untuk meningkatkan pertumbuhan kekayaan secara legal dan efisien.
“Yang penting bukan hanya mendapatkan dividen, tetapi bagaimana cara kita mengelolanya agar hasilnya lebih optimal,” pungkasnya.
Source link